Jumat, 25 Desember 2015

Sajak untuk Jiwa

Malam tak akan tahu, pahitnya hati menyimpan rasa.
Karna malam hanya gelap yang terlihat dengan setitik bintang gemerlap.
Pagi pun hanya diisi dengan suara kokokan ayam. Dia tak pernah mengerti rasa yang utuh ini.


Kutulis sajak ini agar hitam kelam rasa yang menyelimuti jiwa tak hilang seketika.
Kutulis sajak ini agar jiwa-jiwa diam tak lagi mendiamkan rasa yang tak terlihat mata.
Kutulis sajak ini agar kekosongan hati tak lagi mengosong.
Kutulis sajak ini untuk jiwa-jiwa yang sepi tanpa rasa.
Kutulis sajak ini untuk menyadarkan rasa yang tumbuh tanpa diduga.
Kutulis sajak ini, untukmu.

Malang, 25 Desember 2015

Kamis, 25 Juni 2015

TAK KEMBALI

Masa-masa itu memang tak akan menemuiku lagi,
takkan mengajakku berlari.
Masa itu telah pergi, telah menemukan sosok pengganti.
Akupun dilepas di tepian laut tanpa nama.
Akupun tak ingat siapa aku sebelum ini.
Aku lupa dan tanpa nama!


TAKDIR BUKAN KEBETULAN

Kau takkan pernah menyadari jika semua perjalanan hidupmu selama ini adalah TAKDIR-NYA.
Semua ini bukanlah kebetulan, semua ini bukanlah keberuntungan.
Aku mengenalmu, kamu menjadi terdekat denganku, Semua adalah ketetapan yang telah ditentukan oleh-Nya,
Kita tak pernah menyadari bahwa kita akan bertemu, kita akan saling kenal, kita akan saling bertatap. Kita tak pernah merencanakannya. Namun, Tuhan tetap menjalankan peran kita masing-masing, Kita kenal, kita berteman, ataupun kita saling bertatap namun pura-pura tak kenal.

Haha, perkara mudah jika kita bertemu, lalu saling kenal, lalu saling berteman. Karena memang kita sebagai makhluk sosial pasti akan mengalami fase saling membutuhkan, saling ingin tahu ataupun ingin berteman. Sudah selayaknya jika manusia ingin berteman dengan siapapun yang dikenalnya. Namun, apakah semua akan berjalan seperti itu? Bagaimana jika saling tahu namun pura-pura tak kenal?

Sedikit aneh memang jika hal itu terjadi, pasalnya manusia kan saling membutuhkan namun kenapa masih saja harus pura-pura tak kenal, pura-pura tak menyapa? Aneh ataupun tidak, di sekeliling kita pasti ada, itu sudah biasa. Mungkin hanya karna gengsi ataupun takut salah mengerti lebih baik pura-pura saja. Namun, bagaimana jika pura-pura tak menyapa karna ada rasa? :))


KENANGAN BERSAMA WAKTU

"Yang fana adalah waktu. Kita abadi"- Sapardi Djoko Damono

Masih ingatkah kalian puisi legendaris di atas? Sapardi Djoko Damono yang biasa disebut dengan SDD merupakan pengarang dari puisi tersebut. Puisi ini merupakan salah satu puisi dalam kumpulan cerpen SDD Hujan Bulan Juni.

Saya sedikit tergelitik dengan judul puisi tersebut, Entah mengapa hati saya langusng berkata YA. Benar sekali, waktu memang fana, Waktu akan cepat berputar, dari pagi menuju siang, siang menuju malam, dan kembali lagi pagi yang datang. Namun, apakah waktu akan berputra begitu saja tanpa ada kita yang mengisinya?

Kenapa kita abadi? Bukankah manusia akan mati? Ya pertanyaan itulah yang akan muncul pertama kali jika membaca sepenggal baris pertama puisi tersebut, Namun, bagi saya memang kita tidaklah abadi di dunia ini, Kita juga fana. Kita akan mengalami masa yang sama dengan waktu. Akan tetapi, kita tidaklah fana begitu saja, kita akan mengalami yang namanya perjalanan hidup. Perjalanan yang akan terangkai menjadi beberapa kenangan jika waktu tlah berlalu.

Kenangan, ya kenangan itu pasti ada. Apalagi jika kita menjalankan semua perjalanan hidup kita mulai dari sedetik atau semenitpun akan terangkai menjadi kenangan, entah kenangan indah ataupun menyakitkan, Kadang kita lupa ataupun bahkan tak menyadarinya, jika waktu yang kita jalankan akan berjalan hilang, Hanya kita yang ada disini abadi bersama kenangan.